Scorpion Sting

fleurpoetic
5 min read17 hours ago

--

If you’d lie with scorpions, you need a taste for poison.

Namanya Magnus, dan ia tak ingin kita tahu nama belakangnya. Magnus memiliki seperempat darah Skandinavia dari neneknya. Kakeknya sendiri berdarah China-Thailand. Wajahnya kalau dilihat dengan seksama, sekilas mirip aktor Hollywood Keanu Reeves. Magnus sangat tampan, wajahnya bisa dibilang setengah kebarat-baratan namun masih dominan Asia. Ia memiliki daya tarik seorang pria matang berusia awal empat puluhan. Sejenis kematangan yang dirindukan gadis-gadis muda yang mencari pengganti ayah. Ia boleh berharap bahwa perempuan muda seperti itu banyak di kota ini, tapi ia tidak begitu. Sudah lama ia tak berpikir tentang percintaan atau sejenisnya.

Sore itu ia mengunci satu laci meja kerjanya seperti biasa. Di meja itu tidak ada gelas minuman, sebab ia tak mau ada gelas air yang tumpah membasahi tumpukan dokumen penting miliknya. Ada bos yang sepenuhnya percaya pada sekretarisnya, tapi Magnus tidak. Memang tak ada yang bisa dibagikan karena tak satu pun orang dapat dipercaya seratus persen. Ia genggam gantungan kunci itu. Gantungan berbentuk kalajengking dari logam. Scorpio. Hadiah dari istrinya. Hanya dengan wanita itu Magnus merasa tak punya rahasia, walau ia pun tahu jika itu tidak betul.

Ia setir sendiri mobil sedan putihnya, sebuah sedan Audi, meninggalkan kantor. Ia menikmati sisa senja di langit kota sambil memutar lagu-lagu dari penyanyi barat era 90-an seperti Nsync dan Westlife. Lagu-lagu mereka seakan membawanya kembali pada dua puluh tahun. Terutama jika ia mendengarkannya sendirian. (Kehangatannya dengan sang istri justru membuatnya menyadarkannya pada usia).

Pesta itu diadakan oleh salah satu keluarga Tionghoa peranakan yang merupakan rekan bisnisnya. Ia suka menghadiri pesta atau jamuan makan malam semacam ini karena intelektualitas, selera humor, dan kuliner mereka. Pesta-pesta mereka juga selalu dihadiri orang-orang unik: yang otentik maupun yang palsu.

“Hai, Magnus! Sendirian saja? Ada di mana Nyonya?” Seorang lelaki bertubuh subur dan berwajah bulat bagai dewa kemakmuran Cina muncul, menyapa Magnus dari salah satu meja di sana.

Magnus menjawab dengan senyuman sopan, “Anggrek dan anak-anak sedang liburan ke Jepang.”

“Bagus! Kamu bujangan sekarang!”

Magnus tersenyum sopan sekali lagi. Ia menyapa teman lamanya, Lidya, istri muda seorang pemilik hotel berbintang lima. Mereka sedang membicarakan tentang buku-buku Dostoevsky yang mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tamu undangan yang lainnya juga turut membicarakan tokoh-tokoh dunia berzodiak Scorpio seperti Fyodor Dostoevsky, Voltaire, Albert Camus, Pablo Picasso, Indira Gandhi, dan Christopher Colombus.

“Dan di Indonesia ada Rendra.”

Scorpio dan birahi seks tak bisa terpisahkan.”

“Eh, ada kok Scorpio yang kalem.”

Entah kenapa Magnus merasa seperti sedang ditunjuk.

“Jika ada Scorpio yang diam-diam menghanyutkan, itu karena libidonya yang tinggi telah mengalami sublimasi, menjadi dorongan-dorongan yang lain. Proses itu sungguh misteri.”

Magnus mendengarkan obrolan-obrolan tentang zodiak ini seperti omong kosong belaka. Manusia seringkali ingin mengetahui hal-hal yang tak pasti.

Magnus adalah seorang suami dan ayah yang selalu menjaga martabat keluarga. Selama tujuh belas tahun usia perkawinannya, Magnus selalu setia dan tak pernah main serong dengan perempuan mana pun.

Magnus tak pernah berpacaran. Dulu, selepas lulus S2 dari Universitas saat usianya baru menginjak dua puluh lima tahun, ia hanya pasrah saja sewaktu tantenya menjodohkan Magnus dengan anak gadis salah satu kerabatnya. Anggrek Bulan namanya. Anggrek memang berwajah bulat seperti bulan, kulitnya putih bersih, meski begitu wajahnya cenderung biasa saja. Tidak terlalu cantik, tapi tidak bisa dibilang jelek juga. Pas-pas saja. Kehidupan pernikahan mereka selalu damai dan mereka dikarunia tiga orang anak.

Magnus mulai merasa bosan. Ia memang introvert sejati. Magnus memutuskan untuk menarik diri dari percakapan pretensius dengan teman-temannya yang tak jelas arahnya ini. Telinganya tak peduli, tatapannya menerawang seisi ruangan.

Lalu matanya terpikat pada sosok di seberang ruangan. Ia merasa memandang─ataukah berada dalam sebuah adegan film─ataukah cerita. Sebuah roman, atau barangkali drama percintaan khas negeri ginseng. Ia sedang merasa maskulin seperti tokoh utama. Dan sosok itu begitu feminin. Sebuah sosok gadis bertubuh mungil dengan tangan, kaki, dan pinggang yang ramping. Kedua bola matanya besar seperti sepasang mata boneka, sungguh ia gadis yang amat cantik sekali.

She wrapped herself in beauty.
So young and so serene
. Sebuah dress berwarna pink pucat melebar di bagian bawah lututnya berderai-derai anggun bersama langkah kaki kecilnya, seperti rambutnya yang jatuh melewati bahu.

Pada detik itu ia takjub. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ada tubuh mungil yang ingin sekali ia rengkuh dari belakang. Magnus mulai bertanya-tanya. Betapa anehnya tubuh manusia. Mengapa ada bentuk-bentuk yang mengundang untuk didekap?

Gadis itu berbalik tiba-tiba, membuat jantung Magnus hampir meloncat keluar. Wajahnya begitu lembut, pipinya berhias perona pipi berwarna merah muda dengan gincu berwarna nude. Wajah itu begitu belia, begitu muda dan cantik sekali.

Magnus merasa jantungnya semakin berdebar tak karuan. Telah hampir dua puluh tahun ia tak pernah merasakannya. Betapa aneh rasa itu bisa terjadi. Sebuah wajah yang membuatmu berdebar-debar. Wajah si cantik itu mendongak ke arah pelayan, lalu matanya menatap lebih ke atas, menampakkan keheningan yang belia di mana kau masih bisa mendapati kepolosan. Magnus menelan ludah.

Anak siapakah gadis itu? Magnus menggeser sedikit posisi duduknya. Kini ia bisa melihat gadis cantik itu sedikit lebih jelas lagi. Wujud itu membuatnya berdebar-debar lagi. Di matanya, gadis mungil itu benar-benar amat cantik. Tapi Magnus sadar akan sesuatu, ia kini tak lagi muda. Dan umur gadis itu pasti jauh sekali di bawahnya. Tapi barangkali gadis itu menginginkan lelaki matang, sosok pengganti ayah. Bukankah banyak sekali gadis-gadis belia dan beranjak dewasa di luar sana yang mencari Sugar Daddy? Mereka merindukan kekasih sebayanya tapi juga tak menampik kehadiran pria matang karena mereka masih menginginkan ayah? Mereka adalah kanak-kanak yang birahi.

Tapi tidak. Magnus tidak sedang merasa ayah. Ia merasa maskulin. Dan kemudaan gadis itu turut serta membangkitkan kemudaan dalam dirinya yang telah tertidur lama. Apa salahnya sekadar berkenalan, tahu namanya, atau apa saja yang dikerjakan gadis itu sehari-hari.

Ia mulai memindai ruangan, kumpulan-kumpulan dan sudut-sudut. Mencoba untuk mendekati gadis itu. Gadis yang telah memanggil kemudaannya kembali. Tapi ia tiba-tiba cemas. Bagimana jika gadis itu telah memiliki pacar, seorang pemuda tampan sebayanya? Atau barangkali ia telah kawin muda.

Tiba-tiba Magnus disadarkan oleh sosok si gadis yang tengah berjalan mendekat ke arahnya sambil memainkan ponsel di tangannya. Gadis itu lantas memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Maka Magnus telah mengambil keputusan.

Inilah satu-satunya kesempatan baginya. Ia akan mendekati gadis itu, di meja itu, hingga sedekat-sedekatnya. Ia tidak akan melirik-lirik lalu tersenyum-senyum mesum, dan berkata hai apa kabar sayang? siapa namamu dan lain-lain. Tidak, itu terlalu klise seperti om-om senang. Sebaliknya, ia akan berlagak tersandung seolah ia tak sadar melihat gadis itu berjalan di depannya. Dengan demikian, Magnus bisa menumpahkan minuman anggur di gelasnya ke baju gadis itu. Gadis itu mungkin akan menjerit kaget, dan Magnus bisa minta maaf sebanyak-banyaknya, dengan penuh sopan santun dan tulus. Dengan skenario itu, Magnus bisa berkenalan dengannya. Ia akan tahu nama gadis itu, dan segala hal tentang apa yang ia perbuat sehari-hari.

Demikianlah. Semuanya terjadi seperti rencana Magnus. Gadis itu menjerit. Dalam refleknya, si gadis malah menyelamatkan si pria paruh baya agar tak jatuh terjerembab. Ia tak menjadikannya masalah. Mereka berkenalan. Dan Magnus mendapat alasan untuk memberinya hadiah beberapa hari kemudian, dalam kemasan permintaan maaf. Gadis itu bernama Violet. Ia bekerja di sebuah retail parfum ternama di salah satu mall di kota S.

Seorang lelaki baik-baik telah mengambil langkah pertama kepada bahaya. Seorang suami mulai punya rahasia terhadap istrinya.

--

--

fleurpoetic
fleurpoetic

Responses (1)